adsense

Berdiam Sakit, Berbicara Sia-sia, Itu Adalah Salah

Berdiam sakit namun berbicarapun sia-sia. Itu adalah kelemahan dan ketidakberdayaan manusia yang menjerat jiwa raganya.
Sebagai orang bijak, haruslah dapat menentukan dan memilih opsi antara diam atau berbicara. Semestinya kedua opsi tersebut terdapat salah satu pilihan tepat yang harus dipilih. Sangat mengherankan bila salah satu dari keduanya tidak ada yang terbaik.
 
Namun, terkadang orang tidak dapat mengambil keputusan terbaiknya. Mungkin itu disebabkan oleh rasa ketidaktahuan, ketidakpahaman, dan lain sebagainya. Dan akhirnya ia akan terkecoh ke dalam suasana mencengangkan.

Misalnya orang memilih berdiam, itu tidaklah jadi masalah. Asalkan ia mampu mengambil hikmah dari apa yang akan dijalaninya. Statemen diam itu menyakitkan adalah salah. Kalau kita dapat menukil dari sisi positifnya, bahwa diam adalah ibadah yang tanpa bersusah payah, kehebatan tanpa kerajaan, benteng tanpa pagar, kekayaan tanpa meminta sesuatu kepada orang lain, dan penutup dari segala aib, maka diam sangat dianjurkan. Itulah hebatnya diam dan subhanalloh sungguh indahnya diam itu.

Seringkali kita mengata-ngatai orang lain dengan penghinaan tanpa kita mengaca diri. Berkoar-koar panjang lebar yang padahal itu tidak mengandung makna yang berarti. Sungguh lidah memang tidak bertulang, setiap gerakannya akan menggetarkan pita suara. Alahkah baiknya berdiam bilamana suara yang keluar tidak bernilai kebaikan. Diam itu mutiara emas dan sebuah ibadah. Itulah diam yang senantiasa berdzikir atau mengingat Allah SWT. Bila semakin banyak bicara, toh semakin banyak kesalahan, maka diam itu tidak pernah salah. Jadi, ada baiknya kita belajar menjadi pendengar yang baik dan budiman.

Berbicara pun tidak sia-sia selama itu untuk kebaikan. Terkadang mengalahkan ego sendiri demi membahagiakan orang lain itu terasa amat berat dilakukan dan menyakitkan. Apalagi bila hanya bisa terdiam mendengarkan tanpa mampu berbicara. Itu adalah realita kehidupan yang tak seimbang.

Jika kita tahu betul pada kenyataan yang ada ketika seseorang yang diam dianggap sebagai seorang pecundang, tolol dan membelakangi kepahitan, maka berbicara yang bermutu adalah solusi terbaiknya. Bicaralah yang baik-baik semampu kita. Karena niat yang baik selalu menghasilkan kebaikan pula. 

Nah, itulah dua opsi diam dan berbicara yang mestinya kita mampu untuk memilih dengan tepat, baik dan benar. Semoga kita tidak terjerumus ke dalam pilihan yang salah dan semoga kita menemukan jalan yang terbaik untuk kebaikan ke depannya.
Berdiam Sakit, Berbicara Sia-sia, Itu Adalah Salah Berdiam Sakit, Berbicara Sia-sia, Itu Adalah Salah Reviewed by Muhakimberfikir on December 08, 2014 Rating: 5

No comments:

Sangat mulia bila meninggalkan komentar di sini

Powered by Blogger.