Alkisah pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang raja dalam kerajaan yang sungguh besar. Selain cakap dalam memimpin suatu kerajaan, ia juga mempunyai hobi yaitu berburu.
Seminggu tanpa berburu ia galau. Maka tak heran kalau kegemarannya berburu sudah melekat erat pada diri sang raja.
Pada suatu hari, sang raja melakukan aksinya dalam berburu di hutan bersama dengan seorang penasehat dan rombongannya. Namun naasnya ketika berburu terjadilah kecelakaan yang tak terduga. Mungkin karena kurang hati-hati, jari kelingking raja terpotong oleh pisau yang sangat tajam. Sehingga raja pun bersedih hati dan raja meminta pendapat dari penasehatnya. Penasehatnya terus berusaha menghibur sang raja dengan kata-kata manis. Namun hati raja masih tetap bersedih jua. Akhirnya penasehat berkata kepada sang raja, "Baginda rajaku yang mulia, apapun yang terjadi patut disyukuri ."
Mendengar ucapan dari penasehatnya itu, sang raja pun malah marah dan berkata, "Kurang ajar, kena musibah bukannya dihibur malah disuruh bersyukur."
Dengan cepat sang raja memerintahkan kepada pengawalnya untuk menahan penasehatnya selama 3 tahun di dalam bui.
Kehilangan satu jari kelingking sepertinya tidak menyurutkan sang raja dalam berburu.
Pada suatu hari, sang raja berburu lagi di hutan sana yang amat jauh dari istana bersama para rombongan dan penasehat yang barunya. Tidak disangka sang raja dan penasehat barunya tersesat di tengah hutan jauh terpisah dari para rombongannya. Tiba-tiba mereka berdua dihadang oleh sekelompok suku primitif. Kemudian mereka berdua ditangkap dan akan dijadikan korban persembahan untuk para dewa.
Sebelum persembahan dimulai, mereka berdua dimandikan terlebih dahulu. Ketika giliran sang raja dimandikan, ketahuan bahwa jari-jari sang raja tidak lengkap alias cacat dan tidak patut untuk dijadikan korban persembahan kepada para dewa. Maka sang raja pun ditendang dan dibebaskan begitu saja oleh suku primitif. Lalu dengan susah payahnya akhirnya sang raja bisa kembali lagi ke istana dengan selamat.
Setibanya di istana, maka dengan segera sang raja membebaskan penasehatnya yang dulu ia penjarakan.
"Terima kasih penasehatku! Ternyata kata-kata yang telah kau ucapkan benar, bahwa apapun yang terjadi patut disyukuri." Kata sang raja kepada penasehatnya dengan hati yang bahagia. Lalu sang raja menceritakan kejadian yang telah ia alami secara lengkap. Setelah mendengar cerita dari sang raja, si penasehat raja itu turut berterima kasih kepada sang raja.
"Baginda rajaku, aku pun juga sangat berterima kasih kepada paduka raja yang telah mempenjarakanku. Seandainya tidak, maka akulah yang akan dijadikan korban persembahan kepada para dewa itu."
Alhamdulillah adalah suatu kata yang acap kali diucapkan oleh seseorang sebagai ungkapan rasa syukurnya karena ia telah mendapatkan nikmat. Akan tetapi terasa sulit sekali kita besyukur ketika kita mengalami musibah. Namun, dibalik musibah yang menimpa kita, sebenarnya ada hikmah yang terselip jika kita bisa mengambilnya dan selalu ikhlas dengan apapun yang terjadi.
Seminggu tanpa berburu ia galau. Maka tak heran kalau kegemarannya berburu sudah melekat erat pada diri sang raja.
Pada suatu hari, sang raja melakukan aksinya dalam berburu di hutan bersama dengan seorang penasehat dan rombongannya. Namun naasnya ketika berburu terjadilah kecelakaan yang tak terduga. Mungkin karena kurang hati-hati, jari kelingking raja terpotong oleh pisau yang sangat tajam. Sehingga raja pun bersedih hati dan raja meminta pendapat dari penasehatnya. Penasehatnya terus berusaha menghibur sang raja dengan kata-kata manis. Namun hati raja masih tetap bersedih jua. Akhirnya penasehat berkata kepada sang raja, "Baginda rajaku yang mulia, apapun yang terjadi patut disyukuri ."
Mendengar ucapan dari penasehatnya itu, sang raja pun malah marah dan berkata, "Kurang ajar, kena musibah bukannya dihibur malah disuruh bersyukur."
Dengan cepat sang raja memerintahkan kepada pengawalnya untuk menahan penasehatnya selama 3 tahun di dalam bui.
Kehilangan satu jari kelingking sepertinya tidak menyurutkan sang raja dalam berburu.
Pada suatu hari, sang raja berburu lagi di hutan sana yang amat jauh dari istana bersama para rombongan dan penasehat yang barunya. Tidak disangka sang raja dan penasehat barunya tersesat di tengah hutan jauh terpisah dari para rombongannya. Tiba-tiba mereka berdua dihadang oleh sekelompok suku primitif. Kemudian mereka berdua ditangkap dan akan dijadikan korban persembahan untuk para dewa.
Sebelum persembahan dimulai, mereka berdua dimandikan terlebih dahulu. Ketika giliran sang raja dimandikan, ketahuan bahwa jari-jari sang raja tidak lengkap alias cacat dan tidak patut untuk dijadikan korban persembahan kepada para dewa. Maka sang raja pun ditendang dan dibebaskan begitu saja oleh suku primitif. Lalu dengan susah payahnya akhirnya sang raja bisa kembali lagi ke istana dengan selamat.
Setibanya di istana, maka dengan segera sang raja membebaskan penasehatnya yang dulu ia penjarakan.
"Terima kasih penasehatku! Ternyata kata-kata yang telah kau ucapkan benar, bahwa apapun yang terjadi patut disyukuri." Kata sang raja kepada penasehatnya dengan hati yang bahagia. Lalu sang raja menceritakan kejadian yang telah ia alami secara lengkap. Setelah mendengar cerita dari sang raja, si penasehat raja itu turut berterima kasih kepada sang raja.
"Baginda rajaku, aku pun juga sangat berterima kasih kepada paduka raja yang telah mempenjarakanku. Seandainya tidak, maka akulah yang akan dijadikan korban persembahan kepada para dewa itu."
Alhamdulillah adalah suatu kata yang acap kali diucapkan oleh seseorang sebagai ungkapan rasa syukurnya karena ia telah mendapatkan nikmat. Akan tetapi terasa sulit sekali kita besyukur ketika kita mengalami musibah. Namun, dibalik musibah yang menimpa kita, sebenarnya ada hikmah yang terselip jika kita bisa mengambilnya dan selalu ikhlas dengan apapun yang terjadi.
Apapun Yang Terjadi Patut Disyukuri
Reviewed by Muhakimberfikir
on
April 02, 2014
Rating:
No comments:
Sangat mulia bila meninggalkan komentar di sini