Diceritakan di sebuah desa kecil terpencil, seorang tukang roti membeli satu kilogram mentega
untuk bahan membuat roti dari seorang petani.
Ia pun curiga bahwa mentega yang dibelinya tidak benar-benar seberat satu kilogram. Karena rasa penasarannya, maka ia beberapa kali menimbang mentega itu, dan benar, berat mentega itu tidak penuh satu kilogram. Yakinlah ia, bahwa petani itu telah melakukan kecurangan. Sehingga ia melaporkannya pada hakim, dan petani itu dimajukan ke sidang pengadilan.
Pada saat proses sidang.
Hakim berkata pada petani, "Tentu kau mempunyai timbangan?"
"Tidak, tuan hakim," jawab petani.
"Lalu, bagaimana kau bisa menimbang mentega yang kau jual itu?" tanya hakim.
Petani itu menjawab, "Ah, itu mudah sekali dijelaskan, tuan hakim. Untuk menimbang mentega seberat satu kilogram itu, sebagai penyeimbang, aku gunakan saja roti seberat satu kilogram yang aku beli dari tukang roti itu."
Jadi, menurut sobat, pelajaran apa yang dapat dipetik dari secuil kisah di atas?
Ia pun curiga bahwa mentega yang dibelinya tidak benar-benar seberat satu kilogram. Karena rasa penasarannya, maka ia beberapa kali menimbang mentega itu, dan benar, berat mentega itu tidak penuh satu kilogram. Yakinlah ia, bahwa petani itu telah melakukan kecurangan. Sehingga ia melaporkannya pada hakim, dan petani itu dimajukan ke sidang pengadilan.
Pada saat proses sidang.
Hakim berkata pada petani, "Tentu kau mempunyai timbangan?"
"Tidak, tuan hakim," jawab petani.
"Lalu, bagaimana kau bisa menimbang mentega yang kau jual itu?" tanya hakim.
Petani itu menjawab, "Ah, itu mudah sekali dijelaskan, tuan hakim. Untuk menimbang mentega seberat satu kilogram itu, sebagai penyeimbang, aku gunakan saja roti seberat satu kilogram yang aku beli dari tukang roti itu."
Jadi, menurut sobat, pelajaran apa yang dapat dipetik dari secuil kisah di atas?
Tukang Roti dan Petani
Reviewed by Muhakimberfikir
on
March 01, 2014
Rating:
No comments:
Sangat mulia bila meninggalkan komentar di sini